Prevalensi Lebah Dalam Seni Sepanjang Sejarah Manusia

Prevalensi Lebah Dalam Seni Sepanjang Sejarah Manusia – Dengan krisis keanekaragaman hayati yang membayangi dan kekhawatiran akan keamanan dan keberlanjutan pangan, lebah sering kali menjadi berita utama. Pentingnya lebah dalam masyarakat kita sebagai penyerbuk dan penghasil madu tampaknya telah meningkatkan popularitas mereka dalam banyak upaya artistik, seperti film, media sosial, permainan, dan seni kontemporer.

Prevalensi Lebah Dalam Seni Sepanjang Sejarah Manusia

Apakah ketertarikan baru dengan lebah ini merupakan fenomena baru-baru ini? Dalam studi baru kami, kami mengeksplorasi bagaimana lebah diwakili di seluruh budaya, periode waktu, dan media seni yang berbeda.

Representasi mereka dalam seni akan memberi tahu kita bagaimana orang pada waktu yang berbeda memandang lebah, yang juga kami temukan telah menyebabkan lebah menjadi sumber inspirasi bagi berbagai bentuk seni. hari88

Seni lebah sepanjang waktu dan budaya

Lebah telah digambarkan dalam ukiran, perhiasan, koin, lagu, peralatan dan patung selama ribuan tahun. Salah satu penggambaran lebah pertama yang diketahui adalah dalam bentuk seni cadas dari 8000 SM di Gua Laba-laba (Cuevas de la araña) di Spanyol. Ini menunjukkan seseorang menaiki tangga untuk mengumpulkan madu dari sarangnya.

Kami meneliti sejarah lebah dalam budaya dan seni dari Cina, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Australia. Berabad-abad sebelum lebah madu Eropa diperkenalkan, masyarakat manusia di Amerika Tengah dan Selatan memiliki hubungan dekat dengan lebah asli tanpa sengat (Meliponini).

Masyarakat pertanian maju seperti bangsa Maya mengembangkan teknik apikultur (Pembibitan dan pemeliharaan lebah untuk tujuan komersial atau pertanian) dan memelihara lebah asli di rumah mereka. Beberapa dewa di jajaran mereka ditahbiskan sebagai pelindung sarang, sementara yang lain sering diwakili dalam postur menyerupai lebah yang mendarat di patung yang menghiasi kuil.

Sementara seni Tiongkok memiliki sejarah panjang dalam merepresentasikan tanaman, pada Dinasti Tang (618-907) lebah madu mulai direpresentasikan dalam puisi dan lukisan, ketika peternakan lebah formal dan penggunaan produk lebah dalam pengobatan tradisional meningkat.

Sebelum Dinasti Tang, lebah dianggap dengan kecurigaan karena kemampuan beberapa lebah untuk menyengat, mengungkapkan bagaimana representasi estetika positif dari lebah berkembang dengan pemahaman yang lebih baik tentang nilai lebah bagi lingkungan dan kesejahteraan kita.

Suara lebah dalam budaya seni dan musik

Suara dengungan dan sinyal yang dibuat lebah telah membuat manusia penasaran selama berabad-abad. Memang, gaya musik “drone” yang dipopulerkan oleh The Beatles Tomorrow Never Knows dalam nama berasal dari kata-kata Inggris Kuno yang mewakili lebah jantan.

Di telinga, instrumen kuno seperti Didgeridoo Bangsa Pertama Australia, Bagpipe Skotlandia, dan Tanpura India menyerupai suara drone lebah yang kaya dan memesona, dan komunitas etnis China Barat Daya membuat drum lebah khusus untuk merayakan hubungan budaya dengan lebah.

Musik dan lagu yang diilhami lebah bervariasi untuk mengakomodasi berbagai macam pengalaman dan emosi yang coba disampaikan manusia. Di Inggris selama abad ke-17, Charles Butler menilai Melissomelos sebagai malaikat dari pengamatannya yang tajam terhadap “suara” lebah dan struktur sosial mereka.

Dalam musik populer, lebah dipanggil untuk mengekspresikan emosi manusia, dan mengeksplorasi dinamika dan penguasaan musik.

Saat ini, kolaborasi sesama spesies seperti “Into” oleh grup musik Be secara langsung menggunakan suara lebah madu untuk menghadirkan cara baru dalam membuat musik, sambil juga mempromosikan nasib para penyedia yang berharga.

Lebah dan arsitektur

Lebah adalah beberapa arsitek terbaik alam. Struktur heksagonal di sarang lebah telah mengilhami desain dan arsitektur bangunan di seluruh dunia, serta desain futuristik untuk Mars. Bangunan yang diilhami lebah ini terbukti melintasi waktu dan budaya, dan mewakili tujuan desain yang berbeda. Dalam beberapa kasus, arsitektur yang diilhami lebah membentuk struktur yang paling stabil dan efisien.

Bangunan lain bertujuan untuk menyoroti pentingnya lebah bagi manusia. Misalnya gedung “sarang lebah” parlemen Selandia Baru memberi penghormatan kepada efisiensi dan kerja sama lebah, dan arsitektur eksperimental The Hive, yang merupakan kubus kisi aluminium 14meter yang dibangun untuk menarik perhatian pada penurunan lebah madu.

Prevalensi Lebah Dalam Seni Sepanjang Sejarah Manusia

Desain modern seperti ini mencerminkan nilai yang dirasakan dari hidup atau bekerja seperti lebah madu.

Read Full Article